DokterSehat.Com – Pada beberapa ibu hamil, ada yang mengalami suatu sindrom yang sangat terkait dengan preeklamsia, yaitu HELLP Syndrome. Meskipun Sindrom HELLP adalah kondisi langka, yakni dengan tingkat kejadian hanya sebesar 0,3-0,5% dari total kehamilan tetapi ini tidak boleh diremehkan karena dapat mengancam jiwa ibu dan anak.
Oleh karena itu, yuk simak lebih dalam mengenai HELLP Syndrome melalui penjelasan ini. Penjelasan ini akan memaparkan definisi HELLP Syndrome, penyebab HELLP Syndrome, gejala Sindrom HELLP, diagnosis Sindrom HELLP, dan pengobatan HELLP Syndrome.
Apa itu HELLP Syndrome
HELLP Syndrome adalah suatu sindrom langka pada ibu hamil yang bisa menyebabkan kematian. Sindrom HELLP biasanya terjadi pada akhir usia kehamilan tetapi bisa juga terjadi setelah melahirkan.
Orang yang memberi istilah Sindrom HELLP adalah adalah Dr. Louis Weinstein. Istilah HELLP Syndrome sendiri merupakan singkatan dari Hemolisis, ELevated liver enzymes, dan Low Platelets count.
Berikut adalah penjelasan singkat tentang ketiganya:
- Hemolisis – Kondisi di mana hancurnya sel darah merah sehingga mengganggu distribusi oksigen ke seluruh tubuh.
- ELevated liver enzymes – Gangguan fungsi hati yang mengakibatkan peningkatan kadar enzim yang dihasilkan oleh hati.
- Low Platelets count – Kondisi di mana kadar trombosit rendah sehingga berakibat pada pendarahan yang sulit dihentikan.
Ada anggapan bahwa HELLP Syndrome varian dari kasus preeklamsia tetapi memiliki kategori terpisah. Hal ini dikarenakan masih banyak pertanyaan yang belum terjawab terkait HELLP Syndrome.
Baca Juga: Trombosit: Fungsi, Nilai Normal, dan Cara Menaikkannya Bila Rendah
Para ibu hamil perlu mewaspadai sindrom yang cukup serius ini. Semakin cepat dideteksi, maka semakin cepat pula penanganan HELLP Syndrome dilakukan sehingga risiko fatal pun bisa dihindarkan.
Penyebab HELLP Syndrome
Salah satu hal yang masih misterius pada kasus HELLP Syndrome adalah penyebabnya. Penyebab HELLP Syndrome masih belum bisa diketahui oleh para dokter. Namun, ada beberapa kondisi yang meningkatkan peluang teradinya Sindrom HELLP.
Inilah beberapa faktor risiko dari kejadian HELLP Syndrome:
- Usia ibu hamil lebih dari 35 tahun
- Sudah pernah melahirkan dua kali atau lebih (Multiparitas)
- Ras kulit putih (keturunan Eropa)
- Riwayat kondisi kehamilan yang buruk
- Riwayat HELLP syndrome pada kehamilan sebelumnya
Biasanya ibu hamil yang mengalami Sindrom HELLP memiliki riwayat tekanan darah tinggi. Akan tetapi, hal ini tidak selalu berlaku karena HELLP syndrome juga bisa terjadi pada ibu hamil yang memiliki tekanan darah normal.
Tingkatan HELLP Syndrome
Kasus HELLP syndrome diklasifikasikan menjadi tiga kategori berdasarkan tingkat keparahan jumlah trombosit darah ibu. Klasifikasi ini disebut juga sebagai “klasifikasi Mississippi”.
Inilah tingkatan HELLP Syndrome menurut tingkat keparahan jumlah trombosit darah ibu:
- Kelas I (trombositopenia berat) – Trombosit di bawah 50.000/ mm3
- Kelas II (trombositopenia sedang) – Trombosit antara 50.000-100.000/ mm3
- Kelas III (trombositopenia ringan) – Trombosit antara 100.000-150.000/ mm3
Semakin tinggi tingkatnya, maka semakin tinggi pula komplikasi kehamilan yang dialami oleh ibu hamil. Hal tersebut juga membutuhkan tindakan pengobatan HELLP Syndrome yang lebih kompleks dan serius.
Gejala Sindrom HELLP
Sudah disinggung sebelum bahwa Sindrom HELLP dianggap sebagai varian preeklamsia. Hal ini dikarenakan gejala awal HELLP Syndrome hampir mirip dengan kasus preeklamsia.
Pada umumnya, para ibu hamil telah melaporkan gejala-gejala HELLP Syndrome seperti di bawah ini:
- Sakit kepala
- Rasa mual dan muntah
- Kelelahan atau tidak enak badan
- Ketidaknyamanan perut terutama setelah makan
- Sakit perut di sisi kanan atas
- Nyeri pada bahu saat menarik nafas dalam
- Terjadi pendarahan dan mimisan yang sulit berhenti
- Gangguan penglihatan
- Tekanan darah menjadi tinggi
- Adanya protein di dalam urin
- Edema serebral (pembengkakan)
- Kenaikan berat badan
Apabila Anda mengalami salah satu atau beberapa gejala Sindrom HELLP di atas, maka segeralah memeriksakan diri ke dokter. Dokter akan segera melakukan tindakan diagnosis untuk memastikan kejadian HELLP Syndrome.
Diagnosis HELLP Syndrome
HELLP Syndrome yang kerap kali ditemukan pada ibu hamil trimester ketiga memiliki kerumitan dalam hal diagnosis. Pada beberapa kasus, diagnosis Sindrom HELLP bahkan terjadi kekeliruan.
Namun, tindakan diagnosis juga sering membantu dokter mendeteksi kejadian HELLP Syndrome secara tepat. Ada beberapa rangkaian tindakan yang akan direkomendasikan dokter untuk menegakkan diagnosis HELLP Syndrome.
Beberapa tindakan diagnosis yang bisa dilakukan untuk mendeteksi HELLP Syndrome adalah pemeriksaan fisik, tes darah, tes urin, dan MRI.
- Pemeriksaan fisik – dengan melihat tanda dan gejala yang dialami pasien
- Tes darah – memeriksa kondisi eritrosit dan jumlah trombosit
- Tes urin – mendeteksi adanya protein di dalam urin
- MRI – mengetahui ada tidaknya pendarahan pada organ hati
Ada kemungkinan serangkaian tindakan diagnosis tersebut meminta Anda untuk puasa terlebih dahulu. Ikutilah semua petunjuk yang diarahkan oleh tenaga medis agar hasil diagnosis bisa akurat.
Komplikasi Sindrom HELLP
Hasil diagnosis yang positif menyatakan pasien mengalami HELLP Syndrome bisa menimbulkan beberapa komplikasi kehamilan yang cukup serius.
Komplikasi HELLP Syndrome pada ibu hamil, yaitu:
- Kejang
- Hati pecah
- Stroke
- Solusio plasenta
- Pendarahan tak henti saat proses persalinan
- Kematian
Peluang terjadinya komplikasi di atas bisa berkurang jika kasus HELLP Syndrome bisa segera dideteksi dan mendapatkan tindakan pengobatan.
Baca Juga: Solusio Plasenta: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan
Pengobatan Sindrom HELLP
Tindakan pengobatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi kejadian HELLP Syndrome adalah dengan melahirkan bayi lebih cepat (jika kandungan cukup usia). Hal ini dikarenakan Sindrom HELLP akan semakin berisiko jika dalam kondisi sedang hamil.
iDi samping itu, gejala HELLP Syndrome biasanya akan berkurang 2-3 hari pasca melahirkan. Setelah melahirkan, ada beberapa tindakan perawatan guna mengatasi gejala yang muncul pada ibu dan bayi. Beberapa terapi tersebut seperti:
- Obat kortikosteroid agar paru-paru bayi Anda berkembang lebih cepat,
- Obat penurun tekanan darah pada ibu hamil
- Magnesium Sulfat untuk mencegah kejang
- Transfusi darah
- Bedrest
- Tes biofisik, sonogram, tes non stres dan evaluasi gerakan janin guna memantau kondisi janin pasca melahirkan
Ibu yang memiliki leher rahim yang sehat dan usia kandungan sudah masuk minggu ke-34 akan dipercepat kelahiran secara normal. Akan tetapi, jika usia kandungan ibu kurang dari 34 minggu atau memiliki masalah serviks, maka akan dilakukan persalinan secara sesar guna meminimalisir komplikasi lainnya.
Selain sebagai media informasi kesehatan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.